Rabu, 09 September 2015

KESEHATAN REPRODUKSI : KETIDAKSUBURAN

Anak mungkin jadi dambaan setiap pasangan yang menikah. Tentu sebuah karunia dan kebahagiaan ketika sebuah keluarga dilengkapi dengan kehadiran si kecil yang menggemaskan.

Sayangnya tidak semua keluarga seberuntung itu. Beberapa pasangan terpaksa harus bersabar menanti kehadiran buah hati yang diidamkan. Tidak sedikit yang juga mendapat tekanan dari pihak luar dengan pertanyaan "kapan nih punya momongan?"

Berfoto bersama pak Abrori, M.Kes seusai siaran...
Walaupun cepat atau lamanya kita memiliki anak mutlak adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Namun tentu manusia memiliki keharusan untuk berikhtiar dan tidak berputus asa. Dan tentu mencari bantuan secara medis adalah cara yang paling tepat untuk menghadapi masalah ini.

Nah, beberapa waktu yang lalu saya sempat ngobrol bersama bapak Abrori, M.Kes seputar masalah ini saat bersiaran. Beliau adalah pakar dan konsultan di bidang kesehatan reproduksi sekaligus tenaga pengajar di salah satu universitas swasta yang ada di kota Pontianak. Menurut data yang diperoleh beliau dari berbagai sumber, angka ketidaksuburan alias kesulitan pasangan memiliki keturunan memang memiliki peningkatan signifikan. Sebabnya bisa bermacam-macam faktor, seperti gaya hidup yang tidak sehat, stres, quality time yang minim, dan kesadaran untuk memeriksakan diri yang meningkat. 

Dan temuan menarik juga menurut pak Abrori, kesadaran yang meningkat dari kaum pria untuk memeriksakan diri telah memberikan sebuah fakta baru bahwa tidak hanya perempuan yang mengalami infertilitas yang menjadi penyebab sulitnya memiliki keturunan. Banyak kasus yang terjadi menunjukkan bahwa kaum pria juga mengalami infertilitas.

Adapun beberapa faktor yang sering kali menjadi sebab infertilitas adalah karena minimnya quality time dan tekanan stres. Dengan pola hidup masyarakat urban yang kompetitif, hal ini sering kali menjadi kendala bagi banyak pasangan. Belum lagi asupan makanan yang tak sesuai dengan kebutuhan, hal ini makin memperburuk keadaan.

Dari sisi wanita, kesuburan sangat erat kaitannya dengan usia. Pernikahan yang terlalu dini, serta yang terlalu lambat memiliki resiko berkenaan dengan kehamilan. Menurut pak Abror, kesuburan sel telur seorang wanita itu mencapai puncaknya pada usia dua puluhan hingga tiga puluh tahun.

Tidak jarang masalah anak mengganggu keharmonisan rumah tangga...
(sumber gambar: artikelindonesia.web.id)
Dahulu, wanita sering kali dianggap bertanggung jawab pada kasus sulitnya memiliki keturunan. Faktanya, hal ini disebabkan oleh minimnya kaum pria yang melakukan konsultasi ke dokter. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat, tampak pula kenyataan bahwa pria juga mengalami banyak kasus infertilitas, yang meliputi kualitas sperma yang buruk, impotensi atau faktor-faktor lainnya. Pria yang memiliki kurang dari 20 juta sel sperma per militer air mani beresiko mengalami masalah infertilitas ini.

Ditegaskan juga oleh pak Abrori, mitos-mitos seputar makanan yang bisa meningkatkan libido tampaknya tidak berpengaruh dengan tingkat kesuburan serta kualitas sperma. Makanan-makanan tersebut yang dikenal dengan afrosidiak cenderung hanya mempengaruhi hormon untuk dorongan aktivitas seksual bukan terkait kesuburan.

Saran yang diberikan oleh pak Abror untuk keluarga yang masih menunggu keturunan antara lain adalah dengan sesegera mungkin untuk berkonsultasi dengan dokter. Tidak usah ragu apalagi takut, karena kerahasiaan terjamin. Ada baiknya pula untuk pasangan-pasangan yang sedang menyiapkan pernikahan juga melakukan konsultasi kepada dokter. Tujuannya agar dapat menyiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi dalam perjalanan rumah tangganya kelak.

Kemudian biasakan gaya hidup yang sehat. Makanan bergizi, menghindari rokok, mengurangi konsumsi makanan dengan zat karsinogen, dan menjauhi stress adalah sedikit cara dalam upaya untuk menjaga kesuburan. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin E dan C serta memperkaya diri dengan suplemen.

Selain itu, segala perangkat yang bisa membuat kita terpapar medan elektrostatis dan elektromagnetik seperti ponsel dan semacamnya, sebaiknya tidak ditempatkan di saku celana. Juga menghindari untuk terlalu sering memakai celana jeans yang terlalu ketat.

Terakhir menjadikan aktivitas seksual sebagai ritual yang saling menyenangkan dan tanpa tekanan serta dengan kualitas waktu yang memadai akan mendorong kegiatan seksual suami istri menjadi aktivitas yang menambah keharmonisan rumah tangga. Hasilnya segala upaya untuk memperoleh keturunan tidak akan menjadi beban dan dilalui dengan enjoy. Dan seandainyapun belum mendapat anugrah yang diharapkan, hubungan suami istri akan tetap erat dan kuat.

0 comments:

Posting Komentar

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME