Rabu, 30 September 2015

BAGAIMANA PERUSAHAAN MENDAPATKAN PRODUK YANG AKAN DIJUAL?

Dalam kegiatan usaha, apapun itu bentuknya, produk menjadi salah satu elemen yang sangat penting. Sebelum seorang entrepreneur merencanakan hal-hal lain entah itu membuat merketing plan maupun perencanaan keuangan, menentukan produk yang akan diproduksi ataupun ditawarkan dalam kegiatan usaha.

Penyebutan produk dalam usaha tidak mengacu pada produk berwujud fisik saja. Produk yang dimaksud juga mencakup produk non fisik maupun jasa. Karena itulah boleh dibilang semua kegiatan usaha pasti menghasilkan produk. Sebuah perusahaan keuangan produknya bisa berupa asuransi, tabungan, obligasi, dll. Begitupun produk yang ditawarkan perusahaan konsultan. Produk mereka tawarkan tak berbentuk, melainkan berupa jasa konsultan.

Lalu darimanakah perusahaan mendapatkan produk yang akan dijual?

Ada beberapa macam metode yang digunakan oleh para Entrepreneur untuk mendapatkan produk yang hendak dijual. Masing metode-metode tersebut tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan juga membutuhkan treatment yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya.

Trading

Trading secara harfiah berarti berdagang. Artinya si penjual membeli barang kemudian menjual kembali barang tersebut. Jadi keuntungan dari trading berasal dari selisih harga jual terhadap harga beli. Mudahnya kegiatan trading ini kita jumpai dalam berbagai usaha ritel.

Prinsip trading, beli murah jual mahal...
(sumber gambar: tausiahmuslim.blogspot.com)
Karena sumber keuntungan dari kegiatan trading ini bersumber dari selisih harga jual dan harga beli, efektifitas dan efisiensi menjadi kunci kegiatan usaha ini. Misalnya dengan melakukan pembelian dalam jumlah besar sehingga mendapat potongan harga lebih, ataupun menambah efisiensi dalam proses distribusi. Bahkan bisa pula dengan menambahkan jasa-jasa tambahan seperti delivery service berbayar.

Trading sendiri masih diperdebatkan apakah termasuk kedalam kegiatan entrepreneurship karena boleh dibilang tidak ada proses produksi dalam kegiatan usahanya. Namun mengingat bahwa kegiatan trading juga menuntut strategi baik pemasaran maupun manajemen yang sama mumpuninya, banyak juga yang berpendapat bahwa trading adalah bagian dari entrepreneurship.

Trading juga umum sekali kita temui dalam kegiatan usaha yang menawarkan produk keuangan berupa valas maupun saham. Sebabnya karena proses kegiatan yang dilakukan hanyalah membeli kemudian menjual kembali meskipun hal itu membutuhkan kemampuan yang tidak mudah pula.

Mark Lone

Mark lone adalah kegiatan membuat produk yang menggunakan pabrikan lain, sementara itu merek adalah milik pemesan produk tersebut. Mark lone hampir sama dengan istilah private laber yang banyak dilakukan para pemilik ritel modern yang menjual suatu produk dengan merek mereka namun sebenarnya pemilik ritel tersebut tidak memiliki pabrik sendiri untuk produk tersebut.

Sebenarnya metode seperti ini sudah umum dipakai oleh banyak pemilik merek. Sebut saja misalnya produk-produk elektronik dan gadget. Biasanya pemilik merek-merek tidak memproduksi sendiri barang tersebut, melainkan diproduksi oleh pabrik yang berdiri sendiri. Si pemilik merek hanya memesan produk dengan spesifikasi dan kualitas yang telah ditentukan kemudian melabeli dengan label produk tersebut. 

Hal ini biasa dilakukan guna mengefektifkan kegiatan produksi. Sehingga entrepreneur bisa fokus pada membangun merek, menyusun diferensiasi serta rencan pemasaran produk. Selain itu, cara ini sering kali digunakan untuk mengurangi kerugian dan resiko yang disebabkan kesalahan perencanaan produksi.

Produk orang lain, namun menggunakan label sendiri
(sumber gambar: mysacredfig.com)
Kelemahan metode ini adalah sulitnya inovasi dan diferensiasi produksi sehingga mudah ditiru. Hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan sama dengan produk yang dipasarkan produsen pembuatnya. Karena itulah biasanya, ketika produk sudah dapat dipasarkan dengan baik dan memiliki pasarnya sendiri, entrepreneur akan memulai membangun pabriknya sendiri untuk memproduksi produk yang tadinya di mark lone-kan maupun memproduksi produk inovatif lainnya.

Impor

Impor sebenarnya serupa dengan trading, hanya saja sumbernya berasal dari luar negeri. Cara ini adalah salah satu cara yang juga banyak yang melakukan. Namun mendatangkan produk dari luar negeripun ternyata tidak mudah. Dibutuhkan jejaring produsen di luar negeri yang baik untuk bisa melakukannya.

Impor bisa dalam wujud barang baku yang akan dilakukan proses produksi kembali ataupun produk jadi. Walaupun begitu, yang lebih sering digunakan adalah impor produk setengah jadi, sehingga produsen hanya tinggal melakukan pengemasan terhadap produk yang diperoleh dari luar negeri.

Mengapa impor? Tentu saja pilihan impor tidak membutuhkan investasi yang besar ketimbang dengan memproduksi sendiri. Selain itu resiko-resiko yang harus dihadapi dalam proses produksi juga bisa dihindari. Selain itu, impor juga sering kali memberi pilihan produk yang unik dan tidak bisa dijumpai di dalam negeri. 

Produk Sendiri

Melakukan proses produksi sendiri mungkin adalah pilihan yang memiliki tantangan yang paling besar. Dibutuhkan investasi yang lebih besar, serta dihadapkan pula dengan resiko kegagalan yang cukup besar di tiap tahapannya.

Namun tentu ada pula kelebihannya. Seandainya produk yang di tawarkan berhasil diserap oleh pasar dengan baik, entrepreneur bisa lebih fleksibel dalam menentukan keuntungan karena semua ditangani sendiri. Selain itu, dengan cara lain beban biaya atas produk bisa jadi lebih besar. Namun dengan memproduksi sendiri, harga jualpun bisa ditekan menjadi lebih murah.

Semakin besar skala produksi maka semakin besar pula sumber daya yang dibutuhkan. Proses produksi sendiripun menuntut ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan. Beberapa produk juga diwajibkan memiliki berbagai macam izin yang ketat. 

Membangun pabrik membutuhkan modal dan sumber daya yang tidak sedikit
(sumber gambar: internasional.republika.com)
Karena itulah, alternatif pilihan dengan memproduksi sendiri produknya harus berdasarkan riset yang matang. Yang menjadi acuannya haruslah kebutuhan pasar. Jangan sampai kita membuat produk yang tidak ada pasarnya, ataupun produk sejenis itu namun telah kelewat dari momentum produk.

Menentukan produk adalah pilihan yang sangat menentukan. Produk yang tepat dengan pemasaran yang benar serta momentum yang menguntungkan, akan menjadi elemen penentu keberhasilan sebuah produk. Karena itulah, sebaiknya rencanakan produk yang akan dipasarkan sedemikian rupa agar perencanaan pemasaran benar-benar siap dan tepat untuk diaplikasikan.

7 komentar:

  1. Produk lokal yang bagus...
    itu pilihan gue....
    tulisannya mantav, Mas!!
    salam kenal, Mas....
    cepat2 tobat ya,,, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha amin, semoga bisa tobat... thanks udah mampir

      Hapus
  2. kalau bisa sih seharusnya produksi sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Produksi sendiri membutukan investasi dan sumber daya yang tidak sedikit. Itu sih yang beratnya. Tapi tentu kalau bisa produksi sendiri, manfaat yang didapat akan lebih besar jika berhasil

      Hapus
  3. Untuk deposit Via Pulsa XL Dan Telkomsel :
    Minimal DP Via Pulsa 20.000

    NO HP Telkomsel : 082113715940
    NO HP XL : 087839276236

    RATE : 0.85 (Potongan : 15%)

    NB : Mohon Tetap Menyimpan Bukti Pengiriman / SN Pengiriman nya ya bossku :)
    Tanpa Bukti Jelas Kami Tidak Dapat Membantu Proses DP Via Pulsa.

    SahabatQQ Juga Menerima Deposit Via Bank Online 24 Jam :)
    Silahkan deposit ya bossku :)

    BalasHapus

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME