Minggu, 06 September 2015

BELAJAR BRANDING PADA TUHAN DAN SAITON

Beberapa waktu yang lalu, kita sempat dihebohkan oleh pemberitaan tentang seorang pria di Banyuwangi yang memiliki nama Tuhan. Hebatnya lagi, tidak lama kemudian mucul pula seorang pria asal Palembang yang mengaku bernama Saiton. Penemuan dua nama unik di masyarakat ini kemudian menjadi viral dan pembahasan di berbagai media.


Sebenarnya cuma berita tentang dua orang yang ingin ketemuan....
(sumber gambar: pixpix.co)
Soal nama sendiri sebenarnya orang Indonesia cukup berani dalam memberikan nama anaknya. Saya pernah tahu ada orang yang bernama Anti Dandruf, Royal Jelly dan Selamat Dunia akhirat. Bahkan teman saya pernah bercerita bahwa ia memiliki teman di Sumatra Utara yang bernama Marylin Monroe namun bermarga Batak. Hebat bukan?

Apalah arti sebuah nama? Begitu sastrawan asal Inggris, William Shakespeare bersajak. Ia tidak sepenuhnya benar. Nama tentu penting bagi setiap orang. Ia adalah idientitas. Brand yang menjadi penanda terhadap suatu produk, yaitu diri kita. Begitupun dari perspektif agama. Nama adalah doa katanya.

Dari sisi bisnis, pemilihan nama untuk usaha erat sekali hubungannya dengan proses branding. Beberapa pengusaha masih tidak terlalu menganggapnya penting. Namun banyak pula yang merasakan bahwa pemilihan nama yang tepat ataupun tidak tepat akan sangat mempengaruhi jalannya bisnis yang akan kita arungi.

Nama Adalah Idientitas

“Jika kamu ingin memuaskan pembeli, maka buatlah produk sebaik-baiknya. Tapi jika kamu ingin pembelimu datang kembali, buatlah branding!”

Itu adalah sebuah kalimat petuah yang pernah saya baca entah dimana. Brand, salah satunya nama usaha adalah sebuah idientitas. Ia adalah penanda yang membuat orang jadi akan mengenali kita dan membedakan kita dengan orang lain.

Karena itulah di dalam dunia usaha, nama harus dibuat menarik, unik, serta yang paling penting adalah mencerminkan branding yang sedang ingin kita bentuk. Branding adalah gambaran bentuk citra yang kita inginkan ditangkap oleh konsumen kita.

Contoh sederhana adalah ketika perubahan Lativi menjadi Tv-One. Transformasi kepemilikan serta perubahan konten acara yang sangat drastis, membuat televisi tersebut membutuhkan image baru. Ketimbang mengganti image dengan cara tetap memakai nama Lativi, pemilik baru televisi tersebut memilih untuk mengganti seluruh branding yang sudah dibentuk sebelumnya termasuk juga namanya. Maka Lativi yang awalnya lebih idientik dengan acara hiburan kemudian berubah mejadi TV-One yang lebih dominan dengan berita. Dan keputusan ini terbilang tepat sehingga TV-One kini menjadi salah satu televisi yang mampu bersaing dengan televisi lain yang sudah lebih mapan.


Metamorfosis TV-One, dari TV hiburan menjadi TV berita...
(sumber gambar: pengetahuanblogging.blogspot.com)

Menarik dan Mudah di Ingat

Salah satu tujuan branding adalah untuk membentuk kesan jangka panjang terhadap produk. Tentu syarat utamanya adalah dengan yakin bahwa produk yang kita tawarkan memang benar-benar memiliki kualitas yang baik. Sebab jika sebaliknya, bisa-bisa justru citra buruklah yang melekat. Tentu kita tidak mau bukan?

Nama usaha haruslah dibuat unik. Tujuannya agar bisa menarik perhatian dan membuat orang lebih mudah mengingatnya. Pemberian nama “Tuhan” dan “Saiton” memenuhi kriteria unik ini. Orang akan terbangkitkan Curiosity-nya juga akan dengan mudah mengingatnya. Dan ketika produk itu bisa memenuhi kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan bersedia kembali lagi untuk mengulang membeli. Karena itu, nama haruslah dibuat singkat dan sederhana agar gampang diingat oleh pembeli.

Tapi di lain sisi, kita patut berhati-hati juga. Pemilihan nama yang “nyeleneh” bisa pula malah menjadi bumerang. Karena itu sangatlah perlu untuk mengenali pasar dengan baik. Hal ini juga untuk mempertajam penetrasi usaha kepada segmen pasar yang memang dituju. 

Contoh untuk sebuah restoran dengan segemen pasar menengah ke atas, pemilihan nama-nama berbahasa asing tentulah tidak masalah. Namun sebaliknya bagi restoran yang menyasar segmen menengah ke bawah, pemilihan nama semacam ini tentu tidak cocok.

Pemilihan nama yang unik tidak melulu harus bombastis. Pemilihan nama untuk membangun kesan tertentu adalah salah satu cara yang digunakan dalam dunia branding. Seperti produsen pembalut yang memakai nama "Softies" untuk membangun citra lembut, "Bakso Setan" untuk membangun kesan pedas yang sangat, "Nano-nano" untuk mencerminkan rasanya yang unik, seolah bercampur-campur tidak karuan.  

Nama Mencerminkan Bisnis

Pemilihan nama juga seringkali dalam rangka untuk mencerminkan bisnis yang sedang digeluti. Seperti pada pemakaian kata "Mart". Begitu ada nama usaha yang menggunakan kata Mart, kita langsung mengasumsikannya pada usaha ritel. Begitupun dengan produk seperti "Freshtea." Tanpa berpikir dua kali kita langsung tahu produk jenis apakah dia. Begitupun seperti "Sritex" yang dari namanya saja kita bisa menyimpulkan bahwa perusahaan ini bergerak dibidang garmen atau tekstil.


Sritex, selain kata tex mencerminkan jenis usaha, Sri merupakan nama pendiri perusahaan...
(sumber gambar: senyumislam.wordpress.com)

Pemilihan nama seperti ini tidaklah mutlak. Namun seringkali dipakai sebagai cara untuk membuat masyarakat lebih mengenali idientitas produk tersebut. Hal ini akan menghemat usaha produsen untuk mengenalkan jenis produk atau usaha yang digelutinya.

Tidak jarang pula nama bisa memberikan cerminan kualitas. Seperti produk-produk keluaran "Indofood." Dengan penggunaan nama-nama berawalan "Indo" di depan berbagai lini usahanya, maka brand akan berbagi popularitasnya. Akibatnya jika ada sebuah produk baru dari perusahaan tersebut, orang-orang akan mengasumsikan kualitas produk tersebut dengan produk-produk yang sama yang telah ada.

Sebaliknya, perbedaan nama juga bisa digunakan sebagai pembeda untuk brand image yang menyasar pangsa pasar yang berbeda pula. Seperti halnya dua produk dijenis yang sama dari "Uniliver". Meski sama-sama sabun mandi, namun "Lux" dan "Lifeboy" memilik brand image yang berbeda. Karena berupa sabun kecantikan serta menyasar kalangan menengah keatas, maka "Uniliver" menamakan produknya dengan "Lux" yang memiliki kesan mahal dan mewah. Sementara untuk menyasar pangsa pasar keluarga, nama "Lifeboy" terasa jauh lebih merakyat dan sesuai dengan image-nya sebagai sabun kesehatan.

Tentu nama hanyalah salah satu dari banyak aspek yang menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis. Tapi bagi perusahaan-perusahaan besar, mereka bahkan sampai harus menyewa jasa konsultan untuk menciptakan nama bagi usaha maupun produk yang mereka ciptakan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran sebuah nama dalam dunia bisnis.

Tapi seperti juga dalam dunia bisnis, sehebat apapun nama yang dimiliki namun yang paling menentukan tetaplah kualitas produk. Karena itu terserah mau nama kita "Tuhan" ataupun "Saiton," yang paling menentukan tetap adalah kualitas diri kita sendiri.

Bagaimana, setuju tidak?

0 comments:

Posting Komentar

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME