Selasa, 26 Januari 2016

OBAT HERBAL VS OBAT KIMIA

Perdebatan mengenai mana yang lebih unggul antara obat herbal dan obat kimia mungkin tidak akan ada habisnya. Bagi para pendukungnya sampai-sampai seolah muncul dua kubu yang saling berseberangan. Para pendukung obat herbal meyakini bahwa penggunaan obat herbal yang alami menjaga penggunanya terhindar dari efek samping obat dalam jangka panjang. Sementara pendukung obat kimia meragukan efektivitas dari obat-obatan herbal untuk mengobati penyakit.

Karena itulah ketika saya berkesempatan ngobrol dengan 3 orang teman saya dari BEM FK UNTAN Pontianak, permasalahan ini menjadi topik yang layak untuk diperbincangkan. Mereka adalah Naru, Bari dan Hilda. Naru dan Bari adalah calon farmasis sementara Hilda calon perawat. Dan pertanyaan yang pertama kali saya ajukan pada mereka adalah bagaimana sih keberadaan obat herbal dalam dunia medis?


Ngobrol seru bersama BEM FK UNTAN
(sumber gambar: dok pribadi)
Ternyata, keberadaan obat herbal tidak bisa kita remehkan. Dunia medis sendiri sudah mengakui terkait keberadaan obat herbal untuk pengobatan. Bahkan menurut Naru dan Bari, para farmasis juga telah banyak yang mempelajari terkait obat herbal ini, termasuk juga Farmasi UNTAN. Artinya tidak tepat jika ada yang beranggapan bahwa obat herbal tidak efektif. Untuk pemakaian yang tepat, obat herbal juga bisa memberikan manfaat yang sama besarnya dengan obat kimia.

Lalu bagaimana klaim bahwa obat kimia bisa berbahaya dalam penggunaan jangka panjang? Maka menurut mereka bertiga, pernyataan tersebut ada benarnya. Secara jangka panjang, obat-obatan kimia memiliki efek samping yang cukup berbahaya untuk tubuh. Selain itu penggunaan obat kimia juga butuh dosis dan takaran yang sesuai, karena itu sangat penting sekali untuk senantiasa membaca dengan seksama label petunjuk pada kemasan khususnya pada obat bebas. Contohnya paracetamol, salah satu obat yang bisa dengan mudah kita dapatkan di toko obat dan apotik, ternyata bisa jadi akan berbahaya jika kita mengkonsumsinya terlalu sering. Karenanya sangat dianjurkan untuk tidak buru-buru mengkonsumsinya jika hanya mengalami gangguan kesehatan ringan seperti flu atau pusing biasa.

Namun meski memiliki dampak negatif, obat-obatan kimia tetap dianggap sebagai cara paling efektif untuk memberikan pengobatan. Terlebih lagi belum semua jenis penyakit terbukti secara ilmiah dapat disembuhkan dengan obat-obatan herbal. Beberapa penyakit bahkan mengharuskan para penderitanya mengkonsumsi obat-obatan kimia secara terus menerus. Karenanya tidak tepat jika seorang pasien apalagi yang memang diharuskan mengkonsumsinya, menghentikan pemakaian obat-obatan kimia kemudian beralih ke herbal.

Untungnya penggunaan obat herbalpun sudah diakomodir oleh dunia medis. Karenanya, jika seorang pasien menginginkan pengobatan dengan obat herbal, ia bisa saja memintanya kepada dokter. Dan jika memang tersedia obat-obatan herbal yang sesuai dan tepat untuk penyakitnya, dokter akan meresepkan obat herbal tersebut. Penggunaan obat herbal sudah pasti bisa membantu mengurangi resiko yang mungkin ditimbulkan oleh obat kimia. Namun tentu saja, dalam proses pengobatan semuanya tetap harus berdasar petunjuk dokter. Tidak bisa kita memaksa menggunakan obat herbal, jika dokter tidak mengizinkannya. 


Obat herbal vs Obat Kimia
(sumber gambar: rsisultanagung.co.id)
Penggunaan obat-obatan baik yang herbal maupun yang kimia memiliki aturan tertentu. Keduanya tetap harus digunakan dalam kadar dan dosis yang sesuai. Meski efek samping yang cenderung aman, namun tetap saja obat herbal memiliki efek samping terutama untuk mereka yang alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Adapun penggolongan obat-obatan yang dijual dimasyarakat adalah sebagai berikut:

1. Obat Bebas


Logo obat bebas
Obat yang biasa kita kenal dengan sebutan obat warung, sebab obat-obatan ini bisa dengan mudah kita temui diwarung-warung. Seperti namanya, obat bebas ini bebas dijual dimana saja baik apotik, toko obat bahkan warung pinggir jalan sekalipun. Obat analgesik seperti paracetamol dan vitamin masuk ke dalam golongan ini. Meski tergolong aman, obat ini tetap harus diminum sesuai dengan dosis yang ditentukan. Obat jenis ini ditandai dengan lingkaran bulat berwarna hijau dengan lingkaran luar berwarna hitam.

2. Obat Bebas Terbatas.

Logo obat bebas terbatas
Ini sebenarnya sudah masuk obat keras namun tetap dapat dibeli meski tanpa resep dokter. Di obat jenis ini akan selalu ada tanda peringatan yang ditulis dalam sebuah kotak persegi berwarna hitam. Contoh obat jenis ini seperti obat batuk, obat pilek, krim antiseptik, dll. Biasanya tidak dijual bebas, dan hanya bisa ditemui di toko-toko obat dan apotek. Obat ini biasanya diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan lingkaran luar berwarna hitam.

Logo tambahan pada Obat Keras Terbatas
3. Obat Keras
Obat Keras

Seperti namanya, obat ini memiliki kandungan yang kuat sehingga ia hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Cuma bisa didapatkan di apotek dan diberikan atas sepengetahuan seorang apoteker. Contoh obat ini adalah obat generik dan obat wajib apoteker. Obat jenis ini ditandai dengan lingkaran bulat berwarna merah dengan lingkaran luar berwarna hitam serta huruf K di dalamnya.

4. Obat Narkotika
Obat Narkotika

Jika di masyarakat umum narkotika dikenal sebagai obat-obatan terlarang, di dunia medis, obat narkotika dibutuhkan untuk berbagai penanganan medis. Obat jenis ini menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri namun juga menyebabkan ketergantungan. Penggunaannya harus benar-benar dalam pengawasan dokter. Logo obat jenis ini ditandai dengan lingkaran bulat berwarna putih dengan lingkaran luar berwarna merah dan tanda palang berwarna merah di dalamnya.

Nah untuk obat herbal sendiripun kini sudah ada penggolongannya, karenanya penggunaannya harus disesuaikan dengan penggolongan tersebut. Oleh sebab itulah, penting sekali untuk masyarakat memahami bagaimana penggunaan obat herbal yang baik dan benar.

1. Jamu
Logo herbal Jamu
Yang digolongkan sebagai jamu adalah obat herbal yang disediakan dengan cara tradisional. Tradisional disini maksudnya adalah bahwa obat tersebut dibuat dengan resep turun-temurun. Biasanya butuh 3 generasi untuk sebuah ramuan dianggap sebagai resep turun-temurun. Namun demikian jamu belum teruji secara klinis sehingga pembuktian khasiatnya belum sepenuhnya diakui dan hanya berdasarkan pengalaman. Meski demikian, jamu tetap harus terjamin keamanannya, serta secara pengalaman memang dianggap memiliki khasiat. Logo jamu adalah lingkaran putih dengan garis lingkaran luar berwarna hijau dengan gambar ranting daun berwarna hijau di dalamnya serta tulisan JAMU.

2. Obat Herbal Terstandar
Logo herbal terstandar
Obat Herbal Terstandar atau OHT adalah obat herbal yang telah diakui khasiatnya secara ilmiah namun masih dalam tahap preklinis. Artinya obat tersebut telah memenuhi syarat secara khasiat namun belum melewati proses uji kepada manusia karena memang butuh waktu yang panjang. Namun demikian, OHT sudah mengalami proses yang panjang dan telah melalui standar pembuatan obat yang higienis. Biasanya OHT ditandai dengan logo lingkaran putih dengan lingkaran luar berwarna hijau dan tiga buah jari-jari daun berwarna hijau di dalamnya serta tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR.

3. Fitofarmaka
Logo herbal Fitofarmaka
Nah, Fitofarmaka adalah jenis obat herbal yang paling tinggi levelnya. Obat jenis ini sudah terbukti secara ilmiah khasiat serta keamanannya dan juga telah melewati uji preklinis dan uji klinis. Boleh dibilang obat ini dianggap memiliki khasiat yang sama dengan obat-obatan kimia pada umumnya karenanya juga digunakan oleh para tenaga medis untuk pengobatan. Fitofarmaka berlogo lingkaran bulat berwarna putih dengan lingkaran hijau dibagian luarnya dan sebuah jari-jari daun besar yang membentuk bintang serta tulisan FITOFARMAKA.


Alternatif lain logo obat herbal berserta contoh obatnya...
Itulah jenis-jenis obat yang ada di masyarakat baik yang kimia maupun yang herbal. Penggunaan masing-masing jenis obat tersebut memiliki aturannya karenanya peting bagi kita semua untuk memahaminya secara baik dan benar. 

Penggunaan obat herbalpun, meski alami namun bukan berarti bisa seenaknya. Ada hal-hal yang harus dipastikan sebelum mengkonsumsi obat herbal, salah satunya izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menjamin bahwa obat tersebut layak konsumsi. Senantiasa berhati-hatilah karena banyak juga obat-obat tidak terstandar yang beredar luas di pasaran. Jangan sampai kita ingin sehat malah jadi tambah sakit karena minum obat secara sembarangan.

Senin, 18 Januari 2016

MENELUSURI INDAHNYA SISA-SISA BATAVIA

Tidak banyak tempat yang ingin saya kunjungi ketika ke Jakarta. Saya yang terbiasa hidup di sebuah kota kecil yang tenang dan lambat merasa Ibu kota tersebut bukan tempat yang cukup nyaman untuk ditinggali. Karenanya sebelum-sebelumnya saya hanya datang ke sana untuk kepentingan perkerjaan tanpa rencana berplesiran sama sekali. Jikapun ada, hanya mengikuti rencana yang telah disusun oleh teman seperjalanan.

Namun jika dipaksa harus menyebutkannya, maka kota tua pastilah akan jadi salah satunya. Karena itulah, tatkala kemarin hari saya berkesempatan ber-solo travel ke Jakarta, kota tua menjadi salah satu tujuan yang paling ingin saya datangi.

Bermodalkan GPS dan informasi dari internet, saya berjalan sendirian menuju situs wisata resmi kota Jakarta tersebut. Akses menuju Kota Tua sendiri sangat mudah. Ada banyak pilihan yang bisa digunakan. Taksi adalah yang paling mudah tentu saja, tapi dengan biaya yang lumayan bikin sesak kantong, terlebih lagi kalau jalannya sendirian. Alternatif lain yang cukup murah adalah bus Trans-Jakarta alias Busway. Salah satu perhentian atau halte trans-Jakarta berada tepat di depan kawasan kota Tua. Dengan biaya kurang dari sepuluh ribu rupiah dari koridor manapun, menggunakan Busway adalah alternatif favorit yang layak untuk dipilih. Menggunakan KRL juga memungkinkan yaitu dengan berhenti di Stasiun Jakarta Kota. Dari sana sudah cukup dekat untuk berjalan kaki menuju kawasan kota tua. Saya sendiri memilih menggunakan jasa ojek online yang sedang booming saat itu. 

Saat tiba di kawasan kota tua jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Jalanan di sekitar kawasan kota tua lumayan macet karena ramainya arus lalu lintas dari dan menuju ke kota tua. Saya baru ingat bahwa hari itu hari Sabtu dan si supir ojek saya mengingatkan bahwa kawasan kota tua selalu ramai jika akhir pekan seperti itu. Tidak tahan macet, saya akhirnya memutuskan turun dan memilih berjalan kaki menuju tempat yang saya tuju. 

Ondel-ondel yang jadi ciri khas budaya betawi dan museum Fatahillah...
(sumber: dok. pribadi)
Kawasan kota tua sendiri menjadi tempat yang sangat ramai di akhir pekan khususnya sabtu sore menjelang malam. Tempat tersebut menjadi salah satu tempat berkumpulnya anak-anak muda Jakarta dengan segala macam aktivitasnya. Tidak jarang pula di tempat tersebut diadakan pagelaran musik kecil-kecilan. Bahkan tampaknya pemerintah kota memang menjadikan tempat tersebut sebagai salah satu tempat keramaian di Jakarta. Jadi jangan berharap bisa lalu lalang dengan luasa apalagi berkeliling dengan sepeda ontel di sana pada waktu-waktu tersebut.

Museum Fatahillah menjadi bangunan utama di kompleks kota tua Jakarta. Di depannya, terdapat sebuah lapangan luas yang disebut sebagai Taman Fatahillah. Karena saya mengunjungi taman ini pada sabtu sore, tidak heran taman ini dipenuhi oleh muda-mudi kota Jakarta yang hendak menghabiskan malam minggu di sana. Sayangnya museum Fatahillah hanya buka hingga pukul 3 sore. Karena itu jika ingin masuk, kita harus datang lebih awal.

Di sekeliling taman Fatahillah juga terdapat banyak bangunan peninggalan jaman Belanda lainnya. Beberapa difungsikan sebagai museum, seperti museum wayang serta museum seni rupa dan keramik. Yang menarik adalah gedung kantor Pos yang berdiri tepat di seberang gedung museum Fatahillah. Konon kabarnya, itu adalah kantor Pos tertua di kota Jakarta yang sudah berdiri semenjak dari zaman Belanda dan masih beroperasi hingga hari ini.


Bangunan-bangunan tua ini masih digunakan hingga kini...
(sumber: dok. pribadi)
Selain menikmati eksotisme bangunan tua sisa-sisa Batavia, kita juga bisa menemukan berbagai pertunjukan seni di taman Fatahillah. Saat saya berkunjung kemarin bahkan sedang diadakan sebuah panggung musik kecil-kecilan. Selain itu banyak seniman manusia patung, cosplay bahkan juga badut yang berkeliaran dan bisa kita ajak berfoto bersama. Ada yang berpenampilan seperti pejuang kemerdekaan, noni-noni Belanda bahkan yang tidak berhubungan sama sekali seperti drakula bahkan kuntilanak.

Lelah berjalan-jalan menyusuri kota tua, kita bisa singgah ke berbagai kafe dengan dekorasi klasik khas Belanda di sana. Saya tidak mencoba masuk, jadi saya juga tidak begitu tahu menu apa yang ditawarkan di sana. Selain kafe, di sana juga tidak lepas dari dua waralaba mini market yang memungkinkan kita untuk berbelanja minuman ataupun makanan ringan. Pilihan lainnya ada di pasar kuliner yang terletak di salah satu lorong di kota tua. Berbagai macam street food entah yang berciri khas Jakarta seperti Soto betawi atau Kerak Telor hingga jajanan umum semacam Bakso Malang atau Sosis Bakar bisa jadi pilihan untuk mengganjal perut. Di ujung pasar kuliner ini, ada berjejer kios yang menjual berbagai macam barang mulai dari kaos hingga cinderamata yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Tampaknya ada juga jasa sewa sepeda bagi yang ingin berkeliling kawasan tersebut sambil bersepeda.

Salah satu cafe bergaya klasik Batavia lama
(sumber: dok. pribadi)
Sore beranjak hingga malam. Bagi saya menikmati kota tua perlu waktu yang lebih panjang dari sekedar beberapa jam yang saya miliki di sana. Suasananya yang klasik menghadirkan kesan yang romantis. Tidak heran, banyak pasangan yang menghabiskan waktu berlama-lama bercengkrama di sana.

Seperti Braga di Bandung, kawasan Kota Tua Jakarta akan selalu jadi tempat favorit saya jika berkesempatan kembali ke ibu kota. Di tengah metropolisnya Jakarta yang serba kompetitif, kota tua seperti membawa kita menghentikan waktu dan mengajak kita larut dalam sejarah. Mengajak kita kembali mengenang keindahan yang tersisa dari Batavia tempo dulu.

Tetap ramai sampai malam, mungkin karena akhir pekan.
(sumber: dok. pribadi)

Selasa, 12 Januari 2016

BERKUNJUNG KE SURGA DI EKOR BORNEO

Nama desa Temajuk memang menjadi cukup populer kala beberapa waktu yang lalu sering disebut-sebut dalam kaitannya dengan dugaan pergeseran patok batas Indonesia–Malaysia di daerah tersebut. Sebelumnya daerah itu hanyalah sebuah desa kecil terisolasi yang menuntut perjuangan ekstra untuk mencapai ke sana. Tapi saya sendiri telah duluan mengenalnya dari beberapa tulisan teman-teman di dunia daring yang menyebut-nyebutnya sebagai “Surga di ekor Borneo.”

Peta wisata Desa Temajuk di Penyeberangan Ciremai
(sumber gambar: dok. pribadi)
Medio 2009-2011 lah saya pertama berkenalan dengan cerita tentang daerah batas negara tersebut. Kala itu saya sedang gandrungnya mencari informasi di internet dan salah satunya mengenai tempat-tempat eksotis di Kalimantan Barat. Camar Bulan adalah yang termasuk sering disebut oleh banyak pejalan. Konon katanya Camar Bulan memiliki pantai yang indah dan alami. Tepat untuk para penggemar pantai Kalbar yang telah bosan dengan pantai-pantai di sepanjang pesisir Bengkayang dan Singkawang.

Tapi dalam banyak kisah perjalanan tersebut, diceritakan pula bahwa akses menuju Camar Bulan tidak mudah. Satu-satunya kendaraan yang bisa digunakan hanyalah sepeda motor yang harus menyusur tepian pantai. Jalur laut memungkinkan dilewati, namun bukan cara populer yang digunakan oleh para pejalan maupun masyarakat sekitar. Dengan sepeda motorpun tidak selalu mulus. Jalan pantai berpasir jelas bukan medan mudah bagi mereka yang tidak biasa. Jika musim air pasang ataupun ada aliran sungai menuju laut yang meluap besar, tidak jarang jalan jadi tak bisa dilewati dan harus menunggu air surut. Kalaupun nekat terus jalan, menggotong sepeda motor adalah satu-satunya cara. Jadi, kalau ingin melihat sepeda motor yang menaiki manusia, ngobrol saja dengan penduduk Camar Bulan, hampir semua mereka pernah mengalaminya.

Jalan antara Sambas menuju desa Temajuk yang rusak parah
(sumber gambar: dok. pribadi)
Meski telah mencita-citakannya sejak lama, namun saya tidak pernah kepikiran akhirnya sampai ke sana. Dahulu membayangkan medan sedemikian berat, jarak yang sebenarnya masih dalam satu provinsi itu terasa jauh sekali. Bahkan Kuala Lumpur terasa begitu dekatnya. Karena dengan penerbangan murah dari maskapai “Everyone Can Fly,” satu jam setengah saja kita sudah bisa berada di sana.

Tapi akhirnya, di pengujung 2015 kemarin, saya akhirnya berhasil menginjakkan kaki ke sana. Berawal dari tawaran mengikuti field trip hasil kerja sama WWF program Kalimantan Barat dan Radio Volare, saya langsung meng-iya-kan tanpa berfikir panjang. Meski berlabel “tugas liputan,” namun setidaknya ini jadi ajang liburan sekaligus penuntasan cita-cita untuk ke sana sejak lama. Kalau dalam perkara traveling, 2015 memang jadi tahun penuntasan banyak keinginan lama.

Perjalanan menuju desa Temajuk memang tidak mudah. Meski sekarang tidak lagi terisolasi, namun tetap saja melelahkan. Perjalanan Pontianak ke Sambas, kota kabupaten Camar Bulan saja membutuhkan waktu sekitar delapan jam. Tidak ada alternatif lainnya, jalur darat adalah satu-satunya cara ke sana. Kalau pun ada lewat udara dengan helikopter, tentu itu bukan pilihan bagi masyarakat biasa seperti saya. Kemudian dari Sambas ke Dusun Camar Bulan sendiri, butuh waktu tempuh sampai tujuh jam sudah termasuk makan siang dan menunggu di dua penyeberangan. Untungnya meski masih rusak, kini sudah ada jalan untuk sampai ke dusun Camar Bulan sehingga bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat.

Menyeberangkan mobil dengan perahu kayu bukan hal yang aneh di sana
(sumber gambar: dok. pribadi)
Dan seperti yang telah banyak dikabarkan oleh orang-orang, Desa Temajuk adalah salah satu objek wisata yang layak dikunjungi di Kalimantan Barat. Ada banyak hal menarik yang bisa dijumpai di sana. Selain pantai indah dengan keindahan bawah airnya, pantai desa Temajuk dan sekitarnya adalah tempat peneluran penyu. Jika beruntung, kita bisa mendapati penyu-penyu yang naik ke pantai untuk bertelur. Makanan lautpun mudah sekali dijumpai di sana. Dan yang tidak kalah menariknya adalah keunikan corak hidup masyarakat dua negara yang saling bertetangga. Jangan kaget jika ke sana, kita akan menemukan fakta yang nyatanya jauh dari praduga umum yang terbentuk saat ini. Serta jangan lupa, di sini ada Tanjung Datok, mercusuar penanda tempat dimana awal tapal batas Indonesia–Malaysia dimulai. Dengan sedikit usaha lebih kita mungkin berkesempatan sampai di sana.

Mengunjungi Camar Bulan memang tidak akan puas jika menggunakan kendaraan roda empat seperti yang saya lakukan kemarin. Ada banyak tempat yang hanya bisa tereksplor dengan kendaraan roda dua. Termasuk salah satunya mengunjungi resort milik pak Atong. Nama terakhir ini adalah nama yang paling sering disebut-sebut oleh para teman pejalan yang pernah berkunjung ke sana di catatan halaman daring mereka kala Camar Bulan belum sepopuler sekarang. Sayang saya tidak berkesempatan menemuinya dan berbagi cerita dengan beliau.


Suasana senja di dermaga Camar Bulan
(sumber gambar: dok. pribadi)
Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.

Minggu, 03 Januari 2016

SARAWAK EKSPO, CARA MALAYSIA BERPROMOSI WISATA

Kalimantan memang pulau yang unik. Salah satu pulau terbesar di dunia ini, dihuni oleh 3 negara berbeda yang berbagi daratan bersama, Brunei Darussalam, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Karena itulah "jalan-jalan ke luar negeri" bukan sesuatu yang terlalu luar biasa. Apalagi untuk mereka yang tinggal di perbatasan. Barangkali mereka bisa bolak-balik antar negara berkali-kali dalam satu hari.

Saya sendiri pernah melakukan perjalanan dari Pontianak (Kalimantan Barat, Indonesia) menuju Kuching (Sarawak, Malaysia). Membutuhkan waktu hampir semalaman untuk akhirnya bus yang saya tumpangi tiba di Kuching Sentral, terminal bus antar negara di Kuching. Selain lama, namun juga tidak mudah karena kondisi jalan yang cukup tidak ramah. Kerusakan di sana-sini bukan perkara sulit untuk dijumpai sepanjang perjalanan. Tapi angkutan bus antar negara adalah alternatif murah untuk bisa jalan-jalan ke luar negeri. Jika datang berombongan, menyewa kendaraan bisa jadi pilihan lainnya. Beruntung buat yang punya kendaraan pribadi, asalkan tahu rute dan memiliki paspor, perjalanan bahkan bisa jauh lebih hemat lagi.

Sayangnya pengalaman saya pergi ke Kuching sebelumnya tidak memberi kesempatan untuk mengeksplor kota yang jadi ibukota negara bagian Sarawak itu. Kedatangan saya hanya untuk transit menuju bandara lalu melanjutkan terbang ke Kuala Lumpur. Karena itulah, pengalaman perjalanan saya di Kuching hanyalah sebatas dari Kuching Sentral ke Kuching International Airport yang jaraknya sangat dekat dan masih bisa dicapai dengan berjalan kaki.

Karena berbagi daratan inilah, sudah selayaknya ketiga negara ini menjadikan negara tetangganya (terutama untuk wilayah yang berbatasan) sebagai target kedatangan wisatawan. Oleh sebab itulah, tidak heran jika pemerintah masing-masing berlomba-lomba menawarkan berbagai macam model paket wisata. Saya tidak tahu pemerintah Indonesia dan Kalimantan Barat, tapi itulah yang dilakukan oleh Sarawak Tourism Board yang mengadakan Sarawak ekspo di Ayani Mega Mall Pontianak, selama 2 hari pada 28-29 November 2015 kemarin.
Stand utama Sarawak Tourism Board.
(sumber: tukangjalanjajan.com)
Malaysia untuk ukuran asia tenggara boleh dibilang menjadi salah satu negara tujuan kunjungan wisata utama, mungkin hanya kalah dari Thailand (dan Bali, jika seandainya Bali adalah sebuah negara) yang namanya memang sudah kesohor hingga eropa dan amerika. Satu hal yang menarik adalah keberhasilan pemerintah Malaysia mengembangkan pariwisatanya secara merata. Memang Kuala Lumpur, Genting, Penang dan Johor Baharu masih jadi primadona wisata Malaysia. Namun di kota-kota lainpun pariwisatanya mulai menggeliat. Salah satunya adalah Sarawak yang berada di bagian utara Kalimantan Barat, provinsi yang saya tinggali.

Menghadiri Serawak Ekspo kemarin menunjukkan kepada saya betapa pemerintah Sarawak begitu serius mengelola pariwisatanya. Begitu mudah mendapatkan informasi dan peta berbagai tempat menarik yang bisa dikunjungi baik di seluruh Malaysia maupun Sarawak pada khusunya. Semua marketing tool-pun dibuat demikian menarik dan mudah difahami.

Selama ini saya sendiri hanya mengetahui Kuching sebagai tempat tujuan yang bisa dikunjungi di Sarawak sana. Nyatanya, berdasarkan Sarawak Visitor's Guide yang saya dapat ada banyak tempat menarik lainnya yang layak kunjung bagi para turis. Objek wisata yang ditawarkanpun terbilang beragam, mulai dari wisata budaya, sejarah hingga wisata ekologi. Dengan hutan yang masih sangat asri (yang seharusnya di Indonesia juga ada) dan masyarakat lokal yang bersahabat, wisata ekologi ini cukup menarik minat banyak wisatawan.

Sarawak sendiri secara garis besar dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu Sarawak Barat Daya dengan kota penting seperti Kuching, Sentubong, Samarahan dan Sri Aman. Sarawak Tengah dengan kota Sibu, Sarikei dan Mukah, serta Sarawak Timur Laut dengan Miri dan Bintulu sebagai dua kota terbesarnya. Kuching sebagai kota terbesar di Sarawak punya banyak landmark yang layak untuk dikunjungi. Wisata budaya terwakili dengan mengunjungi situs budaya Cultural Village yang ada tak jauh dari Damai Beach. Suka Dayak Iban dan Bidayuh yang ada di Sarawak juga memiliki rumah panjang dan kekayaan budaya yang bisa dinikmati para turis. Berbagai taman nasional layak pula jadi pilihan untuk para penikmat wisata ekologi dan alam liar. Berbagai pantai dan wisata bahari mulai dari Sentubong hingga Miri melengkapi penawaran wisata di Sarawak.

Kalender event wisata di Sarawak juga menjadi salah satu hal yang layak menjadi pertimbangan rencana wisata. Rainforest World Music Festival yang berlangsung sekitar bulan Agustus telah memiliki nama tingkat Internasional. Saya melihat sendiri dalam gambar bergerak yang ditayangkan di ekspo tersebut bagaimana suasana kemeriahan salah satu event musik yang sepertinya layak untuk dikunjungi, terutama buat pencinta musik dengan aroma budaya. Selain itu ada pula, Borneo Jazz, Gawai Dayak, Borneo Cultural Festival, serta berbagai event yang berlangsung sepanjang tahun.


Brosur wisata yang lengkap dan informatif
(sumber: tukangjalanjajan.com)
Menyadari kunjungan ke Sarawak dari Pontianak tidak hanya dominasi oleh para turis, Sarawak ekspo juga hadirkan stand dari Rumah Sakit dan Universitas di Sarawak. Bukan rahasia lagi, jumlah warga Pontianak yang berobat ke RS di Sarawak terbilang cukup signifikan. Untuk universitas asal Sarawak sendiri mungkin belum jadi salah satu pilihan untuk muda-mudi Pontianak. Namun siapa tahu, dengan diselenggarakannya ekspo ini angka warga Indonesia yang belajar ke Malaysia khususnya di Sarawak akan meningkat. Selain itu, Sarawak Ekspo juga hadirkan Travel Agent dan maskapai penerbangan dari dan ke Sarawak. Dari sinilah saya baru tahu, ternyata harga tiket pesawat Pontianak-Kuching terbilang cukup murah.

Sarawak Ekspo adalah bukti bagaimana Malaysia begitu serius mengembangkan wisatanya bahkan untuk wilayah seperti Serawak yang bukan main land dari negara tersebut. Tidak heran, di tahun 2013, Malaysia dengan kampanye "Malaysia, Truly Asia"-nya berhasil masuk dalam 10 besar negara dengan kunjungan tertinggi pada tahun tersebut.

Saya sendiri yakin, Indonesia punya kekayaan yang lebih hebat dari negara sebelah itu. Yang perlu dilakukan sekarang hanyalah maukah kita sedikit merendahkan diri dan serius belajar pada negara sebelah yang mau tidak mau harus kita akui, lebih sukses membangun dan mempromosikan pariwisatanya ketimbang kita.
Ramainya pengunjung ekspo.
(sumber: tukangjalanjajan.com)
Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME