Selasa, 26 Januari 2016

OBAT HERBAL VS OBAT KIMIA

Perdebatan mengenai mana yang lebih unggul antara obat herbal dan obat kimia mungkin tidak akan ada habisnya. Bagi para pendukungnya sampai-sampai seolah muncul dua kubu yang saling berseberangan. Para pendukung obat herbal meyakini bahwa penggunaan obat herbal yang alami menjaga penggunanya terhindar dari efek samping obat dalam jangka panjang. Sementara pendukung obat kimia meragukan efektivitas dari obat-obatan herbal untuk mengobati penyakit.

Karena itulah ketika saya berkesempatan ngobrol dengan 3 orang teman saya dari BEM FK UNTAN Pontianak, permasalahan ini menjadi topik yang layak untuk diperbincangkan. Mereka adalah Naru, Bari dan Hilda. Naru dan Bari adalah calon farmasis sementara Hilda calon perawat. Dan pertanyaan yang pertama kali saya ajukan pada mereka adalah bagaimana sih keberadaan obat herbal dalam dunia medis?


Ngobrol seru bersama BEM FK UNTAN
(sumber gambar: dok pribadi)
Ternyata, keberadaan obat herbal tidak bisa kita remehkan. Dunia medis sendiri sudah mengakui terkait keberadaan obat herbal untuk pengobatan. Bahkan menurut Naru dan Bari, para farmasis juga telah banyak yang mempelajari terkait obat herbal ini, termasuk juga Farmasi UNTAN. Artinya tidak tepat jika ada yang beranggapan bahwa obat herbal tidak efektif. Untuk pemakaian yang tepat, obat herbal juga bisa memberikan manfaat yang sama besarnya dengan obat kimia.

Lalu bagaimana klaim bahwa obat kimia bisa berbahaya dalam penggunaan jangka panjang? Maka menurut mereka bertiga, pernyataan tersebut ada benarnya. Secara jangka panjang, obat-obatan kimia memiliki efek samping yang cukup berbahaya untuk tubuh. Selain itu penggunaan obat kimia juga butuh dosis dan takaran yang sesuai, karena itu sangat penting sekali untuk senantiasa membaca dengan seksama label petunjuk pada kemasan khususnya pada obat bebas. Contohnya paracetamol, salah satu obat yang bisa dengan mudah kita dapatkan di toko obat dan apotik, ternyata bisa jadi akan berbahaya jika kita mengkonsumsinya terlalu sering. Karenanya sangat dianjurkan untuk tidak buru-buru mengkonsumsinya jika hanya mengalami gangguan kesehatan ringan seperti flu atau pusing biasa.

Namun meski memiliki dampak negatif, obat-obatan kimia tetap dianggap sebagai cara paling efektif untuk memberikan pengobatan. Terlebih lagi belum semua jenis penyakit terbukti secara ilmiah dapat disembuhkan dengan obat-obatan herbal. Beberapa penyakit bahkan mengharuskan para penderitanya mengkonsumsi obat-obatan kimia secara terus menerus. Karenanya tidak tepat jika seorang pasien apalagi yang memang diharuskan mengkonsumsinya, menghentikan pemakaian obat-obatan kimia kemudian beralih ke herbal.

Untungnya penggunaan obat herbalpun sudah diakomodir oleh dunia medis. Karenanya, jika seorang pasien menginginkan pengobatan dengan obat herbal, ia bisa saja memintanya kepada dokter. Dan jika memang tersedia obat-obatan herbal yang sesuai dan tepat untuk penyakitnya, dokter akan meresepkan obat herbal tersebut. Penggunaan obat herbal sudah pasti bisa membantu mengurangi resiko yang mungkin ditimbulkan oleh obat kimia. Namun tentu saja, dalam proses pengobatan semuanya tetap harus berdasar petunjuk dokter. Tidak bisa kita memaksa menggunakan obat herbal, jika dokter tidak mengizinkannya. 


Obat herbal vs Obat Kimia
(sumber gambar: rsisultanagung.co.id)
Penggunaan obat-obatan baik yang herbal maupun yang kimia memiliki aturan tertentu. Keduanya tetap harus digunakan dalam kadar dan dosis yang sesuai. Meski efek samping yang cenderung aman, namun tetap saja obat herbal memiliki efek samping terutama untuk mereka yang alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Adapun penggolongan obat-obatan yang dijual dimasyarakat adalah sebagai berikut:

1. Obat Bebas


Logo obat bebas
Obat yang biasa kita kenal dengan sebutan obat warung, sebab obat-obatan ini bisa dengan mudah kita temui diwarung-warung. Seperti namanya, obat bebas ini bebas dijual dimana saja baik apotik, toko obat bahkan warung pinggir jalan sekalipun. Obat analgesik seperti paracetamol dan vitamin masuk ke dalam golongan ini. Meski tergolong aman, obat ini tetap harus diminum sesuai dengan dosis yang ditentukan. Obat jenis ini ditandai dengan lingkaran bulat berwarna hijau dengan lingkaran luar berwarna hitam.

2. Obat Bebas Terbatas.

Logo obat bebas terbatas
Ini sebenarnya sudah masuk obat keras namun tetap dapat dibeli meski tanpa resep dokter. Di obat jenis ini akan selalu ada tanda peringatan yang ditulis dalam sebuah kotak persegi berwarna hitam. Contoh obat jenis ini seperti obat batuk, obat pilek, krim antiseptik, dll. Biasanya tidak dijual bebas, dan hanya bisa ditemui di toko-toko obat dan apotek. Obat ini biasanya diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan lingkaran luar berwarna hitam.

Logo tambahan pada Obat Keras Terbatas
3. Obat Keras
Obat Keras

Seperti namanya, obat ini memiliki kandungan yang kuat sehingga ia hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Cuma bisa didapatkan di apotek dan diberikan atas sepengetahuan seorang apoteker. Contoh obat ini adalah obat generik dan obat wajib apoteker. Obat jenis ini ditandai dengan lingkaran bulat berwarna merah dengan lingkaran luar berwarna hitam serta huruf K di dalamnya.

4. Obat Narkotika
Obat Narkotika

Jika di masyarakat umum narkotika dikenal sebagai obat-obatan terlarang, di dunia medis, obat narkotika dibutuhkan untuk berbagai penanganan medis. Obat jenis ini menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri namun juga menyebabkan ketergantungan. Penggunaannya harus benar-benar dalam pengawasan dokter. Logo obat jenis ini ditandai dengan lingkaran bulat berwarna putih dengan lingkaran luar berwarna merah dan tanda palang berwarna merah di dalamnya.

Nah untuk obat herbal sendiripun kini sudah ada penggolongannya, karenanya penggunaannya harus disesuaikan dengan penggolongan tersebut. Oleh sebab itulah, penting sekali untuk masyarakat memahami bagaimana penggunaan obat herbal yang baik dan benar.

1. Jamu
Logo herbal Jamu
Yang digolongkan sebagai jamu adalah obat herbal yang disediakan dengan cara tradisional. Tradisional disini maksudnya adalah bahwa obat tersebut dibuat dengan resep turun-temurun. Biasanya butuh 3 generasi untuk sebuah ramuan dianggap sebagai resep turun-temurun. Namun demikian jamu belum teruji secara klinis sehingga pembuktian khasiatnya belum sepenuhnya diakui dan hanya berdasarkan pengalaman. Meski demikian, jamu tetap harus terjamin keamanannya, serta secara pengalaman memang dianggap memiliki khasiat. Logo jamu adalah lingkaran putih dengan garis lingkaran luar berwarna hijau dengan gambar ranting daun berwarna hijau di dalamnya serta tulisan JAMU.

2. Obat Herbal Terstandar
Logo herbal terstandar
Obat Herbal Terstandar atau OHT adalah obat herbal yang telah diakui khasiatnya secara ilmiah namun masih dalam tahap preklinis. Artinya obat tersebut telah memenuhi syarat secara khasiat namun belum melewati proses uji kepada manusia karena memang butuh waktu yang panjang. Namun demikian, OHT sudah mengalami proses yang panjang dan telah melalui standar pembuatan obat yang higienis. Biasanya OHT ditandai dengan logo lingkaran putih dengan lingkaran luar berwarna hijau dan tiga buah jari-jari daun berwarna hijau di dalamnya serta tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR.

3. Fitofarmaka
Logo herbal Fitofarmaka
Nah, Fitofarmaka adalah jenis obat herbal yang paling tinggi levelnya. Obat jenis ini sudah terbukti secara ilmiah khasiat serta keamanannya dan juga telah melewati uji preklinis dan uji klinis. Boleh dibilang obat ini dianggap memiliki khasiat yang sama dengan obat-obatan kimia pada umumnya karenanya juga digunakan oleh para tenaga medis untuk pengobatan. Fitofarmaka berlogo lingkaran bulat berwarna putih dengan lingkaran hijau dibagian luarnya dan sebuah jari-jari daun besar yang membentuk bintang serta tulisan FITOFARMAKA.


Alternatif lain logo obat herbal berserta contoh obatnya...
Itulah jenis-jenis obat yang ada di masyarakat baik yang kimia maupun yang herbal. Penggunaan masing-masing jenis obat tersebut memiliki aturannya karenanya peting bagi kita semua untuk memahaminya secara baik dan benar. 

Penggunaan obat herbalpun, meski alami namun bukan berarti bisa seenaknya. Ada hal-hal yang harus dipastikan sebelum mengkonsumsi obat herbal, salah satunya izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menjamin bahwa obat tersebut layak konsumsi. Senantiasa berhati-hatilah karena banyak juga obat-obat tidak terstandar yang beredar luas di pasaran. Jangan sampai kita ingin sehat malah jadi tambah sakit karena minum obat secara sembarangan.

9 komentar:

  1. kalau mengobati hati yang luka, mending pake obat herbal atau obat kimia pak? hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalau hati yang luka harus diperiksa ke dokter pak. Bisa macam-macam, bisa radang, atau hepatitis atau bahkan kanker hati. Segera periksa ke dokter ya mas, kalau memang nemuin ada luka di hati, khawatir terlanjur parah. Nanti biar dokter yang rekomendasikan obat buat pengobatannya.

      Hapus
  2. Konon katanya ada juga jamu yang diracik dengan bahan kimia. Artinya bukan herbal. Bener ga sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar juga. Tapi bisa juga ekstrak, maksudnya bahannya tetap herbal namun pengolahannya sudah menggunakan tekhnologi modern sehingga yang diambil cuma ekstraknya doang. Sebagaian besar obat OHT dan Fitofarmaka seperti itu.

      Hapus
  3. Balasan
    1. hehehe kalau pusing jangan buru-buru minum obat ya, kecuali kalau pusingnya udah nggak tertahankan.

      Hapus
  4. lebih baik mencegah, usahakan agk sakit ya. Sebetulnay minum obat itu harus ilut aturannya. Pakai herbal juga

    BalasHapus
  5. terimakasih infonya, sangat bermanfaat :)

    BalasHapus

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME