Selasa, 20 Oktober 2015

MUSIK YANG SEDERHANA DAN JUJUR ALA SILAMPUKAU

Saya tinggal di sebuah kota yang jauh dari hingar-bingar dunia permusikan. Karena itulah, kesempatan untuk menikmati pertunjukan musik sangat terbatas. Saya terkadang iri jika mengingat teman-teman di beberapa kota besar bisa menikmati berbagai pertunjukan musik saban pekan. Bahkan malah bisa jadi menyaksikannya langsung dengan gratis. 

Bicara soal musik tentu saya tidak bicara tentang musik di televisi. Tanpa bermaksud merendahkan selera orang lain, namun bagi saya musik Indonesia yang saat ini dimainkan di televisi terlalu monoton. Beberapa masih memiliki kualitas, sebagian lainnya boleh dibilang cukup memprihatinkan. Sialnya, sebagai media yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat Indonesia, musik-musik yang saban hari nongol di televisi jadi dianggap sebagai "mainstream."

Padahal, jika kita mau membuka kuping lebih lebar kita akan menemukan banyak musik-musik lain yang punya kualitas layak untuk dapat dua jempol. Nama-nama macam White Shoes & Couples Company, Sore, Payung Teduh, atau bahkan Ayushita (Iya, ini Ayushita yang BBB itu) punya kualitas karya mumpuni dan diakui banyak kritikus musik, namun jangan harap mereka bakal dapat panggung luas di televisi untuk saat ini. Karena itulah, cukup menyedihkan rasanya jika kita masih menjadikan televisi sebagai panduan untuk memilih koleksi musik kita.

Radio mungkin adalah pilihan yang jauh lebih cocok untuk mendengarkan lag. Dan untuk ukuran kota Pontianak, Radio Volare tempat saya berkerja mungkin adalah salah satu yang terdepan dalam soal koleksi musiknya. Termasuk tentang salah satu grup musik yang akan saya perkenalkan lewat postingan kali ini.

Silampukau adalah duo yang terdiri dari Eki Trisnowening dan Kharis Junandharu. Bermarkas di kota pahlawan, Surabaya, grup ini mengusung folk sebagai warna utama musik mereka. Pilihan yang terbilang berani karena boleh dibilang, musik folk tanah air sudah lama tidak membunyikan gaungnya, tenggelam di bawah arus popularitas musik pop, rock bahkan jazz.

Silampukau, duo folk asal Surabaya...
(sumber gambar: silampukau.com)
Sebagaimana mestinya musik folk, Silampukau hadir dengan gaya sederhana, lirik-lirik cerdas dan jujur bahkan terkadang cenderung blak-blakan. Baru menghadirkan sebuah album bertajuk "Dosa, Kota dan Kenangan," pada tahun ini serta sebuah album mini "Sementara Ini," pada 2009 silam, namun kualitas Silampukau tidak perlu diragukan. Silampukau sendiri bukan nama baru di jagad musik Surabaya. Mereka sudah mulai bermain folk sejak 2008 sebagai duet. Sebelum bertemu mereka masing-masing pernah menggawangi beberapa band, bahkan juga band keroncong.

Album terbaru mereka yang diluncurkan 2015 ini, sesuai juga judulnya "Dosa, Kota dan Kenangan," bercerita tak jauh-jauh dari hal-hal yang ada di sekitar mereka, tentang Surabaya dan segala macam warna-warninya. Lagu-lagu macam "Malam Jatuh di Surabaya," merekam potret kota Surabaya dalam alunan irama dan lirik-lirik indah, membuat kita ingin melihat sendiri seperti apa wajah Surabaya di malam hari. 

Lagu-lagu lain macam "Sang Juragan," yang bercerita tentang alkohol, "Si Pelanggan" yang terang-terangan berkisah tentang Gang Dolly yang terkenal itu, seolah jadi gambaran mengapa frasa "Dosa" menjadi bagian dari tajuk album ini. Kita bisa saja tidak bersetuju dengan isi lagunya, tapi tidak bisa dipungkiri dua lagu ini adalah potret zaman yang memang jadi realita perkotaan termasuk di Surabaya.

Album pertama Silampukau, "Dosa, Kota & Kenangan."
(sumber gambar: silampukau.com)
Tak hanya itu, album ini juga bicara tentang hal-hal yang lebih universal. "Bola Raya," berkisah tentang sepak bola yang mana Surabaya juga terkenal dengan Persebaya dan Boneknya, atau "Lagu Rantau (Sambat Omah)," bercerita tentang kerasnya hidup perkotaan, hingga "Doa 1" yang mengkritik industri televisi kita dengan cara yang komikal bahkan cenderung kocak.

Album EP merekapun meski sederhana, namun lagu-lagunya tak kalah trengginas. Berisi empat lagu, berjudul Pagi Itu, Cinta Itu, Hei, dan Sampai Jumpa serta sebuah bonus track Berbenah, menjadi awal yang menarik untuk memahami sejarah Silampukau dari awal mereka bermula. Tidak segarang album penuh mereka, namun tetap ada warna mereka di sana.

Sebagai musisi folk, musik Silampukau tidak jauh-jauh dari permainan gitar akustik dan ukulele yang simple namun menyenangkan untuk didengarkan. Ditambah dua warna vokal yang berbeda yang mengisi tiap bagian lagu-lagu mereka.  Serta tentu saja lirik-lirik lagu yang cerdas, unik dan penuh kisah di dalamnya.

Mungkin sulit membandingkan Silampukau dengan musisi folk Indonesia era lalu macam Iwan Fals, Ebiet G. Ade atau Franky Sahilatua karena secara zaman mereka jelas berbeda. Silampukau punya warna mereka sendiri, namun tidak menghilangkan kejujuran serta kesederhanaan yang juga jadi ciri khas para senior mereka di musik folk tersebut.

12 komentar:

  1. Aduh. Padahal belum dengar lagu-lagu mereka, baca review dari sini aja kayaknya Silampukau teduh banget. Judul-judulnya nyastra, ya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Khas folk banget mbak, dicoba aja dengarin di youtube, abis itu dapetin cd originalnya...

      Hapus
  2. Kayaknya asoy nih lagu-lagunya. Rekomended banget, bermanfaat banget postingannya. Oh iya bisa mampir-mampir juga nih kak ke blog kita hehehehe www.paskalgmeryo.blogspot.com

    BalasHapus
  3. negeri yang dipenuhi musik mas indonesia hehe bnyk genrenya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indonesia mah kalo soal seni dan kreatifitas jempolan, cuma seperti lagunya Silampukau yang judulnya Doa 1, televisi dan industri kita yang sering mengangkangi idealisme...

      Hapus
  4. hmm, sepertinya lagu tentang gang dolly itu keren.

    BalasHapus
  5. Saya sudah dengarkan musik Silampukau dari youtube. Pertama dengar langsung suka.
    Ada lirik begini, doli tempat mentari sengaja ditunda, :)

    salam,
    http://alrisblog.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pilihan katanya juara banget, saya suka lagu Puan Kelana...

      Hapus
  6. Wah, playlist lagu di laptop saya yang cuma karya2nya Iwan Fals, Slank, Payung Teduh, dan ERK, pasti nambah nih setelah tau karya2nya Silampukau. Makasih infonya, Pak Iman. :)

    Salam kenal,
    http://penjajakata.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau suka Iwan Fals, Slank, Payung Teduh dan ERK, saya yakin juga bakalan suka dengan Silampukau...

      Hapus

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME