Minggu, 03 Januari 2016

SARAWAK EKSPO, CARA MALAYSIA BERPROMOSI WISATA

Kalimantan memang pulau yang unik. Salah satu pulau terbesar di dunia ini, dihuni oleh 3 negara berbeda yang berbagi daratan bersama, Brunei Darussalam, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Karena itulah "jalan-jalan ke luar negeri" bukan sesuatu yang terlalu luar biasa. Apalagi untuk mereka yang tinggal di perbatasan. Barangkali mereka bisa bolak-balik antar negara berkali-kali dalam satu hari.

Saya sendiri pernah melakukan perjalanan dari Pontianak (Kalimantan Barat, Indonesia) menuju Kuching (Sarawak, Malaysia). Membutuhkan waktu hampir semalaman untuk akhirnya bus yang saya tumpangi tiba di Kuching Sentral, terminal bus antar negara di Kuching. Selain lama, namun juga tidak mudah karena kondisi jalan yang cukup tidak ramah. Kerusakan di sana-sini bukan perkara sulit untuk dijumpai sepanjang perjalanan. Tapi angkutan bus antar negara adalah alternatif murah untuk bisa jalan-jalan ke luar negeri. Jika datang berombongan, menyewa kendaraan bisa jadi pilihan lainnya. Beruntung buat yang punya kendaraan pribadi, asalkan tahu rute dan memiliki paspor, perjalanan bahkan bisa jauh lebih hemat lagi.

Sayangnya pengalaman saya pergi ke Kuching sebelumnya tidak memberi kesempatan untuk mengeksplor kota yang jadi ibukota negara bagian Sarawak itu. Kedatangan saya hanya untuk transit menuju bandara lalu melanjutkan terbang ke Kuala Lumpur. Karena itulah, pengalaman perjalanan saya di Kuching hanyalah sebatas dari Kuching Sentral ke Kuching International Airport yang jaraknya sangat dekat dan masih bisa dicapai dengan berjalan kaki.

Karena berbagi daratan inilah, sudah selayaknya ketiga negara ini menjadikan negara tetangganya (terutama untuk wilayah yang berbatasan) sebagai target kedatangan wisatawan. Oleh sebab itulah, tidak heran jika pemerintah masing-masing berlomba-lomba menawarkan berbagai macam model paket wisata. Saya tidak tahu pemerintah Indonesia dan Kalimantan Barat, tapi itulah yang dilakukan oleh Sarawak Tourism Board yang mengadakan Sarawak ekspo di Ayani Mega Mall Pontianak, selama 2 hari pada 28-29 November 2015 kemarin.
Stand utama Sarawak Tourism Board.
(sumber: tukangjalanjajan.com)
Malaysia untuk ukuran asia tenggara boleh dibilang menjadi salah satu negara tujuan kunjungan wisata utama, mungkin hanya kalah dari Thailand (dan Bali, jika seandainya Bali adalah sebuah negara) yang namanya memang sudah kesohor hingga eropa dan amerika. Satu hal yang menarik adalah keberhasilan pemerintah Malaysia mengembangkan pariwisatanya secara merata. Memang Kuala Lumpur, Genting, Penang dan Johor Baharu masih jadi primadona wisata Malaysia. Namun di kota-kota lainpun pariwisatanya mulai menggeliat. Salah satunya adalah Sarawak yang berada di bagian utara Kalimantan Barat, provinsi yang saya tinggali.

Menghadiri Serawak Ekspo kemarin menunjukkan kepada saya betapa pemerintah Sarawak begitu serius mengelola pariwisatanya. Begitu mudah mendapatkan informasi dan peta berbagai tempat menarik yang bisa dikunjungi baik di seluruh Malaysia maupun Sarawak pada khusunya. Semua marketing tool-pun dibuat demikian menarik dan mudah difahami.

Selama ini saya sendiri hanya mengetahui Kuching sebagai tempat tujuan yang bisa dikunjungi di Sarawak sana. Nyatanya, berdasarkan Sarawak Visitor's Guide yang saya dapat ada banyak tempat menarik lainnya yang layak kunjung bagi para turis. Objek wisata yang ditawarkanpun terbilang beragam, mulai dari wisata budaya, sejarah hingga wisata ekologi. Dengan hutan yang masih sangat asri (yang seharusnya di Indonesia juga ada) dan masyarakat lokal yang bersahabat, wisata ekologi ini cukup menarik minat banyak wisatawan.

Sarawak sendiri secara garis besar dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu Sarawak Barat Daya dengan kota penting seperti Kuching, Sentubong, Samarahan dan Sri Aman. Sarawak Tengah dengan kota Sibu, Sarikei dan Mukah, serta Sarawak Timur Laut dengan Miri dan Bintulu sebagai dua kota terbesarnya. Kuching sebagai kota terbesar di Sarawak punya banyak landmark yang layak untuk dikunjungi. Wisata budaya terwakili dengan mengunjungi situs budaya Cultural Village yang ada tak jauh dari Damai Beach. Suka Dayak Iban dan Bidayuh yang ada di Sarawak juga memiliki rumah panjang dan kekayaan budaya yang bisa dinikmati para turis. Berbagai taman nasional layak pula jadi pilihan untuk para penikmat wisata ekologi dan alam liar. Berbagai pantai dan wisata bahari mulai dari Sentubong hingga Miri melengkapi penawaran wisata di Sarawak.

Kalender event wisata di Sarawak juga menjadi salah satu hal yang layak menjadi pertimbangan rencana wisata. Rainforest World Music Festival yang berlangsung sekitar bulan Agustus telah memiliki nama tingkat Internasional. Saya melihat sendiri dalam gambar bergerak yang ditayangkan di ekspo tersebut bagaimana suasana kemeriahan salah satu event musik yang sepertinya layak untuk dikunjungi, terutama buat pencinta musik dengan aroma budaya. Selain itu ada pula, Borneo Jazz, Gawai Dayak, Borneo Cultural Festival, serta berbagai event yang berlangsung sepanjang tahun.


Brosur wisata yang lengkap dan informatif
(sumber: tukangjalanjajan.com)
Menyadari kunjungan ke Sarawak dari Pontianak tidak hanya dominasi oleh para turis, Sarawak ekspo juga hadirkan stand dari Rumah Sakit dan Universitas di Sarawak. Bukan rahasia lagi, jumlah warga Pontianak yang berobat ke RS di Sarawak terbilang cukup signifikan. Untuk universitas asal Sarawak sendiri mungkin belum jadi salah satu pilihan untuk muda-mudi Pontianak. Namun siapa tahu, dengan diselenggarakannya ekspo ini angka warga Indonesia yang belajar ke Malaysia khususnya di Sarawak akan meningkat. Selain itu, Sarawak Ekspo juga hadirkan Travel Agent dan maskapai penerbangan dari dan ke Sarawak. Dari sinilah saya baru tahu, ternyata harga tiket pesawat Pontianak-Kuching terbilang cukup murah.

Sarawak Ekspo adalah bukti bagaimana Malaysia begitu serius mengembangkan wisatanya bahkan untuk wilayah seperti Serawak yang bukan main land dari negara tersebut. Tidak heran, di tahun 2013, Malaysia dengan kampanye "Malaysia, Truly Asia"-nya berhasil masuk dalam 10 besar negara dengan kunjungan tertinggi pada tahun tersebut.

Saya sendiri yakin, Indonesia punya kekayaan yang lebih hebat dari negara sebelah itu. Yang perlu dilakukan sekarang hanyalah maukah kita sedikit merendahkan diri dan serius belajar pada negara sebelah yang mau tidak mau harus kita akui, lebih sukses membangun dan mempromosikan pariwisatanya ketimbang kita.
Ramainya pengunjung ekspo.
(sumber: tukangjalanjajan.com)

7 komentar:

  1. Satu pulau tiga negara serumpun, itulah Kalimantan (Borneo). Saya belom pernah menjejak Kalimantan, pengen rasanya ke sana suatu hari :p Untuk yang tinggal di perbatasan mah sudah wajar ya "jalan-jalan ke luar negeri". Kalau ke Brunei Darussalam, apakah bisa ditempuh juga dengan bus antar negara?

    Salut dengan Malaysia. Mungkin mereka ingin lebih memperkenalkan lagi wisata non-mainland untuk mengejar target wisatawan.

    "Maukah kita sedikit merendahkan diri dan serius belajar pada negara sebelah" --> yup, ketimbang menyindir atau berpikiran negatif tentang Malaysia, lebih baik kita belajar mengolah pariwisata yang baik seperti mereka :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa, kalau sampai di terminal bus Kuching, kita bakal liat rute bus yang lintas Indonesia - Malaysia - Kuching.

      Kebetulan kemaren baru saja pulang dari perbatasan Indonesia - Malaysia, ntar cerita-cerita lagi gimana sebenarnya perbatasan Indonesia - Malaysia

      Hapus
  2. mantap... kapan ya saya bisa kesana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Datang aja ke Pontianak, dari sini mah gampang...

      Hapus
  3. wah asyik ya , bisa mengunjungi sarawak dari daratan . Dan kita patut banyak mencontoh malaysia dalam mengelola pariwisatanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak, naik bus 300-an ribu aja udah nyebrang negara lain kita...

      Hapus
  4. Naik ap ya dari trminal klau mau cari pnginapan d pusat kota kuching? Naik taxi kra" brpa? Ad altrnatif lain slain taxi spya lbh hemat? Tq

    BalasHapus

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME