Selasa, 12 Januari 2016

BERKUNJUNG KE SURGA DI EKOR BORNEO

Nama desa Temajuk memang menjadi cukup populer kala beberapa waktu yang lalu sering disebut-sebut dalam kaitannya dengan dugaan pergeseran patok batas Indonesia–Malaysia di daerah tersebut. Sebelumnya daerah itu hanyalah sebuah desa kecil terisolasi yang menuntut perjuangan ekstra untuk mencapai ke sana. Tapi saya sendiri telah duluan mengenalnya dari beberapa tulisan teman-teman di dunia daring yang menyebut-nyebutnya sebagai “Surga di ekor Borneo.”

Peta wisata Desa Temajuk di Penyeberangan Ciremai
(sumber gambar: dok. pribadi)
Medio 2009-2011 lah saya pertama berkenalan dengan cerita tentang daerah batas negara tersebut. Kala itu saya sedang gandrungnya mencari informasi di internet dan salah satunya mengenai tempat-tempat eksotis di Kalimantan Barat. Camar Bulan adalah yang termasuk sering disebut oleh banyak pejalan. Konon katanya Camar Bulan memiliki pantai yang indah dan alami. Tepat untuk para penggemar pantai Kalbar yang telah bosan dengan pantai-pantai di sepanjang pesisir Bengkayang dan Singkawang.

Tapi dalam banyak kisah perjalanan tersebut, diceritakan pula bahwa akses menuju Camar Bulan tidak mudah. Satu-satunya kendaraan yang bisa digunakan hanyalah sepeda motor yang harus menyusur tepian pantai. Jalur laut memungkinkan dilewati, namun bukan cara populer yang digunakan oleh para pejalan maupun masyarakat sekitar. Dengan sepeda motorpun tidak selalu mulus. Jalan pantai berpasir jelas bukan medan mudah bagi mereka yang tidak biasa. Jika musim air pasang ataupun ada aliran sungai menuju laut yang meluap besar, tidak jarang jalan jadi tak bisa dilewati dan harus menunggu air surut. Kalaupun nekat terus jalan, menggotong sepeda motor adalah satu-satunya cara. Jadi, kalau ingin melihat sepeda motor yang menaiki manusia, ngobrol saja dengan penduduk Camar Bulan, hampir semua mereka pernah mengalaminya.

Jalan antara Sambas menuju desa Temajuk yang rusak parah
(sumber gambar: dok. pribadi)
Meski telah mencita-citakannya sejak lama, namun saya tidak pernah kepikiran akhirnya sampai ke sana. Dahulu membayangkan medan sedemikian berat, jarak yang sebenarnya masih dalam satu provinsi itu terasa jauh sekali. Bahkan Kuala Lumpur terasa begitu dekatnya. Karena dengan penerbangan murah dari maskapai “Everyone Can Fly,” satu jam setengah saja kita sudah bisa berada di sana.

Tapi akhirnya, di pengujung 2015 kemarin, saya akhirnya berhasil menginjakkan kaki ke sana. Berawal dari tawaran mengikuti field trip hasil kerja sama WWF program Kalimantan Barat dan Radio Volare, saya langsung meng-iya-kan tanpa berfikir panjang. Meski berlabel “tugas liputan,” namun setidaknya ini jadi ajang liburan sekaligus penuntasan cita-cita untuk ke sana sejak lama. Kalau dalam perkara traveling, 2015 memang jadi tahun penuntasan banyak keinginan lama.

Perjalanan menuju desa Temajuk memang tidak mudah. Meski sekarang tidak lagi terisolasi, namun tetap saja melelahkan. Perjalanan Pontianak ke Sambas, kota kabupaten Camar Bulan saja membutuhkan waktu sekitar delapan jam. Tidak ada alternatif lainnya, jalur darat adalah satu-satunya cara ke sana. Kalau pun ada lewat udara dengan helikopter, tentu itu bukan pilihan bagi masyarakat biasa seperti saya. Kemudian dari Sambas ke Dusun Camar Bulan sendiri, butuh waktu tempuh sampai tujuh jam sudah termasuk makan siang dan menunggu di dua penyeberangan. Untungnya meski masih rusak, kini sudah ada jalan untuk sampai ke dusun Camar Bulan sehingga bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat.

Menyeberangkan mobil dengan perahu kayu bukan hal yang aneh di sana
(sumber gambar: dok. pribadi)
Dan seperti yang telah banyak dikabarkan oleh orang-orang, Desa Temajuk adalah salah satu objek wisata yang layak dikunjungi di Kalimantan Barat. Ada banyak hal menarik yang bisa dijumpai di sana. Selain pantai indah dengan keindahan bawah airnya, pantai desa Temajuk dan sekitarnya adalah tempat peneluran penyu. Jika beruntung, kita bisa mendapati penyu-penyu yang naik ke pantai untuk bertelur. Makanan lautpun mudah sekali dijumpai di sana. Dan yang tidak kalah menariknya adalah keunikan corak hidup masyarakat dua negara yang saling bertetangga. Jangan kaget jika ke sana, kita akan menemukan fakta yang nyatanya jauh dari praduga umum yang terbentuk saat ini. Serta jangan lupa, di sini ada Tanjung Datok, mercusuar penanda tempat dimana awal tapal batas Indonesia–Malaysia dimulai. Dengan sedikit usaha lebih kita mungkin berkesempatan sampai di sana.

Mengunjungi Camar Bulan memang tidak akan puas jika menggunakan kendaraan roda empat seperti yang saya lakukan kemarin. Ada banyak tempat yang hanya bisa tereksplor dengan kendaraan roda dua. Termasuk salah satunya mengunjungi resort milik pak Atong. Nama terakhir ini adalah nama yang paling sering disebut-sebut oleh para teman pejalan yang pernah berkunjung ke sana di catatan halaman daring mereka kala Camar Bulan belum sepopuler sekarang. Sayang saya tidak berkesempatan menemuinya dan berbagi cerita dengan beliau.


Suasana senja di dermaga Camar Bulan
(sumber gambar: dok. pribadi)
Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.

16 komentar:

  1. semoga bisa segera berkunjung kesana. hwehehe.

    makanan khas nya apa ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo dong kemari... di sana dapatin seafood, kemaren ada satu jenis seafood yang enak banget padahal cuma digoreng, orang sana nyebutnya puting beliung cuma nggak tau apa nama umumnya...

      Hapus
  2. sepertinya sudah rame ya kotanya, jadi pengen jalan - jalan kesana nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum kok mbak, jauh banget dari pusat kota, namun sekarang mulai banyak yang berkunjung terutama wisatawan lokal asal Pontianak...

      Hapus
  3. Ntar kalo kesana, aku cari pak atong :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus pak, kata warga sekitar resort yang dirintis oleh beliau bagus banget....

      Hapus
  4. pengen ih coba ke Borneo gitu. tapi keluar pulau baru berani ke Lampung doang, itupun dengan iming-iming orang Lampung yaa mayoritas orang Jawa juga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo dong kemari, eksotisme borneo nggak ada habisnya buat di eksplor...

      Hapus
  5. Balasan
    1. Mari ikutan rasakan juga gimana rasanya berada di batas negara...

      Hapus
  6. Bingung.
    Apa itu yang dimaksud dengan "fakta yang nyatanya jauh dari praduga umum"?
    Faktanya apa?
    Praduganya apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ayo dong makanya, datang ke Camar Bulan. Mungkin fakta yang diliat beda dengan praduga mas Heru selama ini.

      Nanti dalam tulisan berbeda akan diceritakan lebih lengkap, doakan semoga diberikan kan kelonggaran waktu dan semangat hehehe

      Hapus
  7. Keren sekali pengalamannya. Semoga suatu waktu saya bisa berkunkunjung ke Camar Bulan bersama pasangan hidup saya. Aamiin ya rabbal alamin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, semoga bisa mampir ya, suatu saat nanti...

      Hapus
  8. Wah saya baru tahu tempat menarik ini walalupun saya asli Kal-Bar, semoga bisa main ke sana suatu hari nanti.
    http://diary-sikepik.blogspot.fr/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga, sekalian bantu mempromosikannya mbak. Emang sih masih banyak infrastruktur yang belum memadai, tapi keindahan alamnya layak untuk dinikmati...

      Hapus

Copyright © 2014 SANTOSA-IS-ME